Strategi Pemasaran ThreaCrea: Inovasi Terapi Kreatif Berdasarkan Konsep 7P

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pandemi COVID-19. Banyak individu kini mencari cara baru untuk mengelola stres, kecemasan, dan kejenuhan melalui kegiatan yang lebih bermakna dan menenangkan. Salah satu pendekatan yang berkembang pesat adalah terapi berbasis seni (art therapy), yang menggabungkan aspek psikologi dan kreativitas untuk membantu individu mengekspresikan diri secara sehat.

Fenomena ini menginspirasi lahirnya ide usaha TheraCrea, sebuah studio terapi dan kreativitas yang bertujuan membantu masyarakat menyalurkan energi negatif menjadi karya positif. Melalui aktivitas seni seperti melukis, journaling art, merangkai bunga, dan clay therapy, TheraCrea berupaya menghadirkan pengalaman relaksasi sekaligus pembentukan kesadaran diri (self-awareness)

1.2 Tujuan Analisis

Tujuan dari analisis ini adalah menyusun strategi pemasaran komprehensif bagi TheraCrea dengan menggunakan konsep bauran pemasaran 7P (Product, Price, Place, Promotion, People, Process, dan Physical Evidence). Analisis ini diharapkan dapat menjadi dasar perencanaan bisnis dan strategi promosi yang efektif bagi usaha yang masih dalam tahap pengembangan.

1.3 Gambaran Umum Pasar Sasaran

Pasar sasaran TheraCrea adalah generasi muda (usia 18–35 tahun), termasuk mahasiswa dan pekerja muda di wilayah perkotaan. Mereka cenderung memiliki tingkat stres tinggi akibat tekanan akademik maupun pekerjaan, serta memiliki ketertarikan terhadap aktivitas yang memberikan pengalaman emosional dan self-care. Berdasarkan laporan McKinsey dalam buku Wan Suryani (2025), Gen Z cenderung memilih pengalaman personal dan autentik dibandingkan konsumsi materialistik. Hal ini menunjukkan potensi besar bagi layanan creative healing seperti TheraCrea.

II. Analisis Strategi Pemasaran 7P TheraCrea

2.1 Kondisi Pasar dan Target Konsumen

Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap isu kesehatan mental meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir. Data WHO (2022) menunjukkan bahwa lebih dari 20% populasi muda mengalami tekanan psikologis ringan hingga sedang, dan banyak di antaranya mencari cara alternatif untuk menenangkan diri. Tren ini membuka peluang bagi layanan berbasis terapi kreatif seperti TheraCrea. Di Indonesia, pelaku usaha di bidang terapi seni masih relatif sedikit, sehingga kompetisi pasar masih longgar dan terbuka bagi inovasi (Utami & Rahayu, 2021).

Target konsumen TheraCrea adalah individu yang memiliki kebutuhan emosional dan spiritual untuk menyalurkan energi negatif melalui seni. Mereka umumnya aktif di media sosial, memiliki minat pada aesthetic lifestyle, dan mengutamakan pengalaman yang bermakna. Secara psikografis, kelompok ini menghargai kebebasan berekspresi, keseimbangan hidup, dan komunitas yang suportif.

2.2 Strategi Pemasaran Saat Ini (Pra-peluncuran)

Karena TheraCrea masih berada pada tahap pengembangan, strategi pemasaran saat ini berfokus pada pembentukan kesadaran merek (brand awareness) dan uji minat pasar. Langkah awal yang telah dilakukan meliputi:

  • Membuat akun media sosial (Instagram dan TikTok) untuk memperkenalkan konsep terapi kreatif.
  • Melakukan survei kecil terhadap mahasiswa dan komunitas seni untuk mengukur minat mengikuti kelas art therapy.
  • Melakukan observasi terhadap kompetitor seperti Artherapy Indonesia dan Seni untuk Jiwa untuk melihat peluang diferensiasi konsep.

2.3 Rencana Pengembangan Strategi Baru (Lebih Efektif dan Inovatif)

a. Product (Produk)

TheraCrea menawarkan layanan terapi kreatif berupa sesi art journaling, mindful painting, dan creative workshop. Nilai uniknya terletak pada integrasi unsur psikologi dan seni, serta suasana komunitas yang hangat dan mendukung. Produk ini dikembangkan secara modular, memungkinkan peserta memilih jenis kegiatan sesuai kebutuhan emosionalnya. Inovasi lainnya adalah layanan hybrid workshop (offline & online), yang memberikan fleksibilitas bagi pelanggan di luar kota.

b. Price (Harga)

TheraCrea menerapkan strategi penetrasi harga dengan pendekatan value-based, agar layanan terapi kreatif dapat dijangkau kalangan muda tanpa mengurangi kualitas pengalaman.

  1. Basic Package (Rp45.000 – Rp75.000/sesi)
    Sesi 60–90 menit, termasuk bahan seni dasar dan aktivitas color meditation atau mindful doodling.
  2. Premium Package (Rp100.000 – Rp150.000/sesi)
    Sesi dengan fasilitator seni dan konselor psikologi, termasuk bahan lengkap dan sertifikat partisipasi.
  3. Community Package (Rp200.000 – Rp250.000/kelompok 3–5 orang)
    Cocok untuk teman atau komunitas yang ingin melakukan healing bersama.

Strategi harga ini memperkuat citra TheraCrea sebagai layanan “premium tapi terjangkau” yang ramah bagi mahasiswa dan pekerja muda.

Analisis Kelayakan Harga

Dengan biaya operasional sekitar Rp40.000 per peserta untuk paket dasar (termasuk alat, tempat, dan promosi), TheraCrea masih memperoleh margin sekitar Rp20.000–30.000 per peserta. Dengan minimal 8–10 peserta per sesi, potensi keuntungan mencapai Rp200.000 per kegiatan. Efisiensi biaya dapat ditingkatkan melalui kolaborasi tempat, pembelian bahan grosir, dan promosi organik melalui media sosial.

c. Place (Distribusi)

TheraCrea menggunakan model hybrid distribution: sesi offline di studio kolaboratif (café, coworking space), dan sesi online melalui Zoom/Google Meet. Pendekatan ini meningkatkan jangkauan pelanggan dan fleksibilitas layanan. Lokasi dipilih berdasarkan aksesibilitas dan kenyamanan suasana.

d. Promotion (Promosi)

Strategi promosi dilakukan melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube Shorts dengan fokus pada storytelling “from stress to art”. Selain itu, TheraCrea akan mengadakan mini creative events dan kolaborasi dengan komunitas kampus. Promosi organik melalui user generated content (UGC) menjadi kunci membangun kredibilitas dan keintiman dengan konsumen Gen Z.

e. People (Sumber Daya Manusia)

Tim TheraCrea terdiri dari fasilitator seni, konselor psikologi, dan staf kreatif digital. Pelatihan internal dilakukan untuk memastikan setiap anggota memahami filosofi creative healing. Pendekatan empatik dan humanis menjadi nilai utama pelayanan.

f. Process (Proses Layanan)

Pendaftaran dilakukan melalui website dan media sosial dengan sistem pre-booking. Peserta memilih paket dan jadwal, melakukan pembayaran, lalu menerima konfirmasi otomatis. Proses pelayanan dirancang cepat, transparan, dan efisien untuk menciptakan pengalaman pengguna yang nyaman.

g. Physical Evidence (Bukti Fisik)

Desain visual TheraCrea menonjolkan warna lembut (sage green, beige, dan peach) untuk menampilkan nuansa tenang dan alami. Kemasan alat seni menggunakan bahan daur ulang, dan tata ruang studio dibuat estetik dengan pencahayaan lembut. Identitas merek menekankan kesan “calming, creative, and connected”.

III. Kesimpulan dan Rekomendasi

Analisis menunjukkan bahwa TheraCrea memiliki potensi kuat dalam industri layanan creative healing dengan pasar utama generasi muda yang membutuhkan ruang ekspresi emosional. Strategi 7P yang disusun khususnya pada aspek harga, promosi, dan pengalaman pelanggan dapat memperkuat daya saing dan loyalitas konsumen.

Rekomendasi utama bagi pengembangan TheraCrea adalah:

  1. Fokus membangun komunitas online untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan engagement.
  2. Mengoptimalkan promosi organik melalui storytelling visual dan kolaborasi dengan micro influencer.
  3. Menjaga keseimbangan antara harga terjangkau dan kualitas pengalaman agar tetap relevan dengan perilaku Gen Z.

DAFTAR PUSTAKA

Cathy Malchiodi, P. (2018). The Handbook of Art Therapy and Digital Technology. London: Jessica Kingsley.

dw.com. (2022, 06 17). WHO: Masalah Kesehatan Mental Meningkat Tajam Selama Pandemi. Retrieved from dw.com: https://www.dw.com/id/who-masalah-kesehatan-mental-meningkat-tajam-selama-pandemi/a-62164474

Wan Suryani, A. F. (2025). STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA UNTUK GENERASI Z: PANDUAN KREATIF DAN INOVATIF. Medan: Universitas Medan Area: UMA PRESS.

 

 


Comments

Popular Posts